Berapa Nilai Diri Anda?
Dalam satu minggu ini saya menemukan dua orang yang sangat luar biasa. Kemaren ketika saya membeli sebuah monitor baru, setelah pembayaran langsung salah satu kuli mengangkat monitor yang telah saya beli. Sesampai di tempat parkir, ia tidak langsung membereskan ke kendaraan saya, ia hanya senyum-senyum lalu berkata, “Sebentar pak, mau menghitung uang sebentar.”
Saya perhatikan ia menghitung uangnya dengan semangat, “Baru gajian ya mas?” Tanya saya. “ Enggak mas, sini gajian akhir bulan dan ini saya minta gaji duluan berarti besok akhir bulan saya tidak menerima.” Saya hanya mengangguk-angguk, tiba-tiba ia mendesah, “Yes pas!” “ Gajinya berapa mas disini?” tanya saya, “ sembilan ratus lebih dikit mas, kalau lembur ada tambahan ini gaji bersih saya.”
Sambil membenahi kotak monitor ia kembali bercerita bahwa ia hanya pakai izasah SMP, gaji kalau sama lembur hari minggu masuk rata-rata satu juta dua ratus ribu. Uang gajian yang diambil terlebih dulu tersebut rencana untuk bayar kuliah semester adiknya yang kuliah di Unila. Bapak dan ibunya hanya buruh di kota gajah, dia sendiri yang membiayai kuliah adiknya dengan harapan kalau adiknya lulus dan bekerja yang lebih baik berarti bisa bantu orang tuanya jika tua nanti.
Ia bercerita lebih lanjut bahwa kebahagiaan dia jika ia dapat membahagiakan adik dan orang tuannya. Dia juga bangga apabila bisa membiayai adiknya hingga sarjana, berarti hidup saya ini berharga, kedua tangan dan kaki saya ini juga tidak ternilai harganya, karena dapat memberikan yang terbaik bukan hanya untuk dirinya.
Satu lagi tentang tukang bangunan yang ada disamping rumah saya. Dia hanya lulusan SMP, dia kelihatan dan terkenal orang yang sangat sabar tetapi di pagi itu dia bisa marah-marah gara-gara keserempet motor dan melukai tangan kanannya. Setelah ditanyai temannya kenapa bisa marah seperti itu dia hanya menjawab, “ Kehidupan keluargaku juga dua adikku ada di tangan ini, kalau tangan patah memang yang numbur mau bertanggung jawab dengan keluarga saya?”
Dari pagi sampai sore dia menjadi tukang bangunan yang perharinya 55 ribu rupiah atau sekitar hampir satu setengah juta perbulan. Setelah sholat Mahgrib dia menjalankan sebuah MLM yang menurut ceritanya dia hanya menjual produk tanpa menggunakan sistem tapi rata-rata bisa menghasilkan diatas satu juta.
Bagaimana dengan anda yang masih bisa membuka internet meskipun seminggu tiga kali, apakah anda tidak bersyukur?
Tangan anda, kaki anda, mata anda, kesehatan anda dan terlebih otak anda bukankah itu tidak ternilai harganya? Mari kita belajar bersyukur setiap hari. Benarkah diri kita bernilai bagi keluarga? Ataukah selama ini anda tidak menggunakan segala keutuhan dan kekuatan di dalam diri anda?
Waktu anda sangat berarti baik bagi keluarga maupun diri anda sendiri. Berapa nilai satu jam anda? Haruskah terbuang oleh ngrumpi yang tak pasti? Atau nonton TV yang tidak banyak arti? Banyak saat ini dijumpai orang-orang yang hanya menggunakan maximal 4 jam perhari dengan penghasilan berkali-kali dari penghasilan kita, mengapa kita tidak meniru mereka?
Seperti Robert T. Kiyosaki katakan bahwa uang adalah hanya sebuah ide. Kini saatnya bagi kita yang belum memperoleh kemandirian baik waktu maupun uang menciptakan ide-ide tersebut. Mari kita saling berpacu untuk membuat penghasilan satu hari bernilai satu jam kita. Setelah tercapai buatlah satu hari kita bernilai satu bulan gaji kita dan selebihnya tergantung keputusan anda.
3 komentar:
Luar biasa, ini sungguh contoh yang sangat patut untuk di teladani terutaama semangatnya untuk membahagiaakan orang lain, walaupun dirinya harus pontang - panting tapi rela berkorban untuk kebahagiaam orang lain.
Satu kata "siip....!!!!"
Salam kenal dan Sukses slalu....
Luar biasa.......
Setelah dilihat dari semua tulisan ternyata blog ini luar biasa TOP BGT !
Posting Komentar