Jumat, 02 Juli 2010

Sadarkah jika anda memiliki harta karun disekitar anda ?


Ada seorang pengemis yang berusia tiga puluh tahunan, telah puluhan tahun ia berjalan menelusuri kota dari pagi hingga malam hari untuk kelangsungan hidupnya. Ia sama sekali tidak mengerti harus berbuat apalagi selain menjadi pengemis, karena sejak kecil telah dididik oleh orang tuanya untuk menjadi pengemis. Tak satupun ketrampilan yang pernah diajarkan oleh orang tuanya, bahkan membaca atau menulis sama sekali tidak pernah dipelajari.

Dengan badan yang semakin kurus pemuda tersebut berjalan meminta-minta dari rumah ke rumah, dari bis kota ke angkot dan sebagainya. Ia hanya bermodalkan satu mangkok tinggalan kakeknya yang diwariskan kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat meminta-minta di pinggir jalan dan satu-satunya harta yang diwariskan hanyalah mangkok tinggalan sang kakek.

Sang kakek dulunya bukan seorang pengemis tetapi seorang pekerja bangunan, karena kecelakaan kerja membuat kakinya patah. Dari situlah karena tidak ada pekerjaan lain sehingga kakeknya menjadi seorang pengemis. Sebelum kakeknya meninggal, sang kakek meninggalkan sebuah mangkok kuno dengan pesan agar menggunakan mangkoknya sebagai bekal hidupnya. Maka mulai saat itu orang tuanya menggunakan mangkok tersebut sebagai alat untuk meminta-minta.

Pemuda yang telah ditinggal orang tuanya juga kakeknya tersebut mewarisi apa kata leluhurnya untuk menggunakan mangkok sebagai penerus kehidupannya. Meskipun berulang kali pemuda tersebut berdoa dan berusaha agar bisa merobah hidupnya. Berulang kali ia melamar pekerjaan tetapi selalu ditolak karena tidak mempunyai kemampuan apapun. Mengemis juga tidak banyak mendapatkan hasil disebabkan orang selalu melihat dia seorang pemuda yang bisa bekerja.

Doa dan usaha terus dilakukan pemuda tadi, akan tetapi puluhan tahun doa tersebut seperti tidak ada jawaban. Dalam kelaparan dan kehausan, ia menangis disebuah gubuk kosong di pinggiran kota. Air matanya berulang kali diseka dengan pakaiannya yang sudah compang-camping. Dengan air mata di bajunya perlahan-lahan ia membersihkan mangkok warisan leluhurnya, sedikit demi sedikit mangkok tersebut menjadi bersih dan menjadi kuning keemasan.

Pemuda tersebut tidak berpikir jauh tentang mangkok tersebut kecuali akan menjual mangkok kuningan tersebut kepada seorang tuan yang sering memberi ia makan dan minum untuk membeli makan karena telah dua hari tidak terisi nasi sama sekali.
Sesampai di tempat tuan tersebut beliau memandang dan memeriksa benda tersebut hampir tidak berkedip, karena ia seorang arkeolog yang mengerti bahwa itu benda yang sangat berharga.

Setelah diteliti dengan seksama ternyata mangkok tersebut adalah mangkok emas 24 karat berberat hampir satu kilogram bertuliskan sansekerta. Setelah mengetahui kenyataan benda tersebut si arkeolog bercerita bahwa mangkoknya berharga ratusan juta, maka pingsanlah seketika pengemis tersebut.

Beberapa minggu kemudian berkat bantuan arkeolog tersebut kehidupannya jadi berubah. Baik cara hidup, sikap dan perilakunya. Saat ini pengemis tersebut memulai usaha baru, menjual bakso keliling sesuai dengan impian yang telah dibayangkan puluhan tahun yang lalu.

Apa hikmah yang bisa kita ambil dari cerita diatas?
Karena doa, usaha dan percaya yang membuat pengemis tersebut menjadi apa yang diinginkan, yaitu menjual bakso keliling. Meskipun ia seorang pengemis dia berani bermimpi dan terus berusaha yang tak kenal lelah. Mungkin juga ia mempercayai apa itu mukzizat. Dan saya banyak belajar agar kita setiap hari selalu berani berharap mendapat mukzizat meskipun kecil di kehidupan kita.

Seperti orang tua pengemis tadi, mereka menerima warisan mangkok dari orang tuanya dan berfikir orang tuannya menyuruh menggunakan mangkok tersebut sebagai alat- meminta-minta, padahal itulah modal hidup yang dikehendaki orang tua mereka.
Seperti juga anda dan saya, mungkin saat ini kita selalu berharap dan memohon kepada Tuhan agar diberi sarana untuk merubah kehidupan kita, padahal kemungkinan besar apa yang kita inginkan sebenarnya sudah ada di tangan kita seperti mangkok pengemis tadi.

Kalau anda masih mencari-cari perubahan hidup, berharap ke sesuatu impian yang tidak pernah tercapai, mari kita pelajari diri kita, disekitar kita, talenta kita maupun kesempatan-kesempatan emas yang sebenarnya telah diberikan Tuhan akan tetapi kita tidak menyadarinya. Mungkin bisnis sampingan kita, bakat kita yang tidak terolah dan sebagainya yang ada pada kita adalah harta karun yang belum pernah tergosok

2 komentar:

Anonim 6 Juli 2010 pukul 01.27  

Pak, kog lama gak nulis? dah 2 bulan lagi nulis lagi, selalu ditunggu lho tulisannya.....salam dari dan sukses selalu.

Anonim 24 Juli 2010 pukul 09.55  

Emang kita sering gak sadar ya pak kalo kita punya potensi yang bila digali merupakan kekuatan besar dan itu juga yang akan menjadi harta karun kita. Bagus pak tulisannya, salam. Dandy Semarang

Posting Komentar

Powered By Blogger

Back to TOP